Pendusta Hati
Terima kasihku untukmu wahai penghibur hati
yang sepi.
Pengisi kekosongan hati ini.
Terima kasih karna pernah mengajarkan bagaimana
pertemuan bisa seberkesan itu.
Terima kasih pernah membuat garis senyum dan
tawa di bibirku.
Terima kasih karna kamu, aku menjadi tahu
berbagai macam rasa di hati.
Mulai dari rasa sayang lalu perlahan berubah
menjadi rasa yang lebih rumit lagi.
Seketika aku sampai juga ke rasa paling akhir.
Ya, rasa patah hati, kehilangan, dan merindu.
Bukan merindu kamu yang jauh disana.
Tetapi rindu kenangan bersamamu.
Kenangan akan sosokmu yang tak bisa digambarkan
oleh pelukis ternama.
Kenangan yang sulit dilukiskan oleh kata-kata.
Kenangan yang akan selalu membekas di jiwa.
Kenangan yang hanya akan menjadi angan-angan
semata.
Walau kehadiranmu bagaikan angin yang berlalu, jejakmu
takkan mungkin hilang terhapus waktu.
Karna sejatinya kamu dan semua kenangan
tentangmu sudah terlalu membekas dihati.
Ribuan air mata kerinduan disertai bantuan sang
waktu bahkan tidak cukup untuk menghapus jejakmu itu.
Mungkin kedengarannya aku selalu berkata
“tidak”.
Tapi hati ini selalu berkata apa adanya layaknya
peminta-minta yang selalu berkata “iya, iya, dan iya”.
Bibir ini mungkin bisa berkata bohong sesukanya.
Tapi hatiku terus saja menyangkalnya.
26 Juli 2017
By : Ayuni Setianingrum
Note : Telah terbit di wattpad.com/ayuningrumst
dengan judul yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar