Jenuh (Berbaik Sangka)
Jenuh.
Satu
kata yang membuat orang merasa serba salah.
Terperangkap
di dalamnya membuat nafas menjadi sesak.
Hingga tak terasa kehadirannya menimbulkan luapan emosi yang tak terkira.
“Ah aku jenuh.. kenapa hidupku
gini-gini aja ya? Gak kayak dia. Dia bahagia banget hidupnya. Punya kerjaan
bagus, punya pacar ganteng, punya rumah, punya mobil, dan blablabla.”
Iri.
Mungkin
saat ini itu yang kamu rasakan.
Kehidupan
orang lain serasa cermin bagi dirimu.
Mereka
menjadi A, kamu juga harus begitu.
Mereka
punya B, kamu pun harus mendapatkannya.
Bukankah
itu semua melelahkan?
Padahal
yang kamu lihat diluar sana belum tentu nyata adanya.
Semua
yang terlihat tidak se’wah’ yang kamu pikirkan.
Bisa
jadi hidup mereka jauh lebih sulit dari yang kamu bayangkan.
Bisa
saja dibalik semua itu ada hal yang disembunyikan.
Kamu
hanya baru melihat di atas permukaan saja, belum ke dasarnya.
Realita
yang kamu lihat bisa jadi adalah dusta belaka.
Tapi
kamu tidak peduli. Pandanganmu sudah dibutakan oleh hal yang nampak indah itu.
Sejenak
pandanganmu teralihkan oleh sosok diluar sana yang keadaannya jauh lebih
menyedihkan dari dirimu.
Seketika
kamu tertohok oleh keadaan.
Kamu
yang bisa mengisi perut tanpa harus bersusah payah untuk menengadahkan kedua
tanganmu seperti mereka masih saja tidak pandai bersyukur akan rahmat-Nya.
Bukankah itu sangat menyedihkan?
Kamu
berpikir bagaimana cara keluar dari jeratan perangkap ini.
Kamu
sadar ini sudah tidak benar. Ini tidaklah sehat.
Lantunan
adzan yang berkumandang seakan ikut menyadarkanmu bahwasannya mengeluh akan
keadaan tidak akan merubah apapun.
Kejenuhan
yang datang tidak boleh merubah tujuan dan arah hidupmu.
Justru
kehadirannya harus kamu manfaatkan agar menjadi sebuah harapan.
Harapan
menjadi pribadi yang lebih pandai lagi dalam bersyukur atas pemberian Sang
Khalik padamu.
Berprasangka
baiklah pada-Nya.
Setiap
insan yang Ia ciptakan pasti akan melewati segala ujian hidup.
Bukan
berarti kamu tidak boleh mengeluh.
Berkeluh
kesah sah-sah saja. Asal tidak kelewat batas yang kemudian justru akan
menjadikanmu pribadi yang kufur nikmat.
Naudzubillahimindzalik.
Jangan sampai itu terjadi.
Satu
hal yang kamu harus pahami dan ketahui bahwa, Rab-mu tidak akan pernah memberikan
ujian dan cobaan melebihi batas kemampuan umat-Nya. Yakini dan percaya selalu ada
hikmah dibalik semua itu.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda.
“Allah Ta’ala berfirman, “Aku
berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia
akan mendapatkan kebaikan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan
keburukan.” (HR. Ahmad).
Friday, 13 November 2020
Fyi:
Tulisan ini sudah terbit di wattpad.com/ayuningrumst dengan judul yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar